28 April 2019 - 5 Mei 2019
00:00 - 23:59
Off the Wall Jakarta menampilkan seniman-seniman urban art Prancis dan Indonesia. Para seniman ini akan merealisasikan karya kolektif di beberapa kesempatan, di dinding gedung Komplek Duta Merlin yang bersebrangan dengan Hotel Yello Harmoni dan di lnstitut Français d’Indonésie. Campuran gaya, teknik, budaya yang menggetarkan semangat ini dapat dinikmati di IFI Thamrin pada saat Car Free Day.
Seniman Prancis Jules Dedet Granel alias L’Atlas lahir pada tahun 1978. Terinspirasi oleh penelitiannya, ia menulis tentang awal pekerjaannya dalam seni rupa dan gambar. Ia mempelajari kaligrafi di beberapa negara juga budayanya, serta menciptakan seni cetak huruf sendiri. Di tahun 1990, ia mengambil langkah radikal dengan menampilkan karya grafitinya di ruang publik, sehingga ia dikenal; mulai tahun 2000 ia mengembangkan pekerjaannya di studio dan memamerkan karyanya di galeri seni urban kontemporer. Kepribadian yang kokoh, artis jalanan yang ternama di dunia internasional ini dikenal karena lukisan dinding dan pertunjukan-pertunjukkan besarnya yang dipertontonkan secara langsung di situs-situs bersejarah di kota, seperti kompas raksasa yang diminta oleh Centre Georges Pompidou di Paris tahun 2008, atau juga di Place du Capitol Square pada tahun 2012, bekerja sama dengan Kota Toulouse. Pertunjukan-pertunjukan ini, gambar demi gambarnya divideokan. Keberhasilannya yang diperoleh berkat kerja keras diakui oleh para kolektor, masyarakat dan institusi.
Darbotz adalah seorang seniman yang menyukai Jakarta. Baginya, kemacetan, keruwetan, dan kecepatan yang amat tinggi dalam melakukan kegiatan merupakan bagian dari kesehariannya. Hal itulah yang menjadikan karyanya berbeda. Ia mulai membangun karakter lukisannya di jalan pada tahun 2004, berkembang sejalan dengan waktu, seperti halnya masyarakat perkotaan yang terus berkembang. Ia adalah pendiri Tembokbomber.com salah satu komunitas street art dan graffiti terbesar di Indonesia. Konsepnya unik dan sangat berbeda dari yang lain. Darbotz hanya membuat karya dengan warna penegasan hitam putih dan ini bisa dilihat pada karyanya di jalan-jalan. Warna hitam dan putihnya meredam warna-warna lain yang mencolok di perkotaan, yang berasal dari poster iklan, lampu neon, dan cahaya lampu kota.
Adi Dharma (alias Stereoflow) adalah seorang seniman bertempat di Jakarta yang mengawali perjalanan seninya dari dunia graffiti. Karyanya terdiri dari gambar mural, lukisan, pahatan, dan instalasi yang sangat dipengaruhi oleh budaya hip-hop. Ia telah memamerkan karya-karyanya di Amerika Serikat, Kanada, Hong Kong, Thailand, dan Australia. Di Indonesia, ia ikut serta dalam berbagai pameran bergengsi dan salah satunya dikhususkan untuk dirinya di Bandung pada tahun 2015. Ia juga telah bekerja untuk beberapa merek terkemuka serta di ruang publik.
Katre untuk pertama kalinya membuat lukisan grafiti pada tahun 1993. Sepuluh tahun kemudian, ia mempersembahkan karya pertamanya yang berupa campuran antara lukisan dan fotografi, suatu pendekatan estetika yang selanjutnya menjadi ciri khasnya. Keterpukauan Katre akan tempat-tempat yang ditinggalkan terlantar mendominasi karya-karya lukisannya. Pada tahun 2005 ia menerbitkan buku yang berjudul Hors du Temps (ed Colorszoo), berisi kompilasi foto-foto daerah industri yang ditinggalkan yang diberikan sentuhan artistik (juga berisi foto dari para seniman perkotaan lain yang mempunyai kesenangan yang sama dengannya). Pada tahun 2013 tampil buku yang kedua berjudul Pyramyd. Di bengkel kerjanya, Katre mencetak foto-foto hitam putih di atas kanvas kemudian ia berikan lukisan sebuah huruf dengan warna yang hidup, huruf K dari namanya sering dipakai, dipadukan dengan tarikan garis cepat yang meledak-ledak. Karya terakhirnya bersifat majemuk, bercirikan komposisi yang dinamis dan kontras, dengan kilau warna yang menyatu dengan puing-puing dan batang-batang logam yang terdapat di lokasi pengambilan foto, semuanya tampak amat jelas. Aluminium yang dibersihkan, kayu-kayu bekas, juga kaca-kaca, merupakan media baru yang dimanfaatkan sang seniman yang ia pertajam dengan tarikan tarikan garis dan tag asam. Di dalam pameran-pamerannya, Katre bermain dengan alat pendukung dan bentuk ruang, ia meminta perlengkapan-perlengkapan untuk mencampur fotografi, lukisan, neon-neon, pengikat dan puing-puing. Tujuannya adalah untuk membawa para penonton masuk ke dalam dunianya.