Lebih dari sekadar malam pertemuan penuh ide, serangkaian kegiatan selama satu minggu di empat kota di Indonesia telah mengubah perspektif tentang kemampuan individu dan kolektif dalam mewujudkan ide-ide menjadi suatu kemajuan nyata, sekaligus menunjukkan keberhasilan kemitraan Prancis dan Indonesia.
La Nuit des Idées diluncurkan di Paris pada tahun 2016 dan menjadi ajang berskala global yang setiap tahunnya mempertemukan ribuan orang di seluruh dunia dengan satu tujuan bersama, yaitu bersama-sama memikirkan kembali masa depan kita. Untuk edisi tahun 2025, festival internasional ini mengangkat tema “Pouvoir agir” atau “Saatnya beraksi”, mengajak publik mengeksplorasi kapasitas kita bersama untuk mengubah kondisi hidup dalam menghadapi tantangan besar dunia masa kini.
Di Indonesia, hal tersebut menjadi perspektif yang sangat berarti selama periode 21–27 April lalu. Empat kota, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, menjadi tuan rumah bagi 29 acara yang menghadirkan sekitar 160 narasumber dan lebih dari 3.000 pengunjung. Jauh dari sekadar wacana intelektual, acara ini menunjukkan eratnya hubungan antara Prancis dan Indonesia serta potensi nyata yang lahir dari kolaborasi tersebut.
Peringatan Hari Lahir R.A Kartini: Pertukaran pandangan tentang hak-hak perempuan

Pekan acara La Nuit des Idées dibuka bertepatan dengan peringatan Hari Lahir R.A Kartini atau hari peringatan kebebasan hak perempuan Indonesia, pada 21 April. Di Jakarta, diskusi “Dinamika Hak-Hak Perempuan: Kemajuan atau Kemunduran?” mempertemukan para pakar dari kedua negara untuk menelaah kemajuan dan kemunduran global terkait isu ini.
Pendekatan reflektif ini mencerminkan filosofi dari tema “Saatnya beraksi”, yaitu memahami mekanisme yang menghambat atau memperkuat pemberdayaan individu, baik dalam konteks ketimpangan gender, sosial, maupun wilayah. Kontribusi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perempuan (UN Women Indonesia), Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), akademisi Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), serta alumni program pendidikan Prancis menunjukkan bagaimana kerja sama pendidikan antara Prancis dan Indonesia memperkuat keahlian lokal.
Di Surabaya, pendekatan ini juga dilakukan melalui konferensi “Perempuan dalam Sains dan Kewirausahaan”, yang menghadirkan peneliti dan pengusaha perempuan lulusan Prancis untuk berbagi pengalaman mereka. Salah satunya adalah Yuliati Umrah dari Yayasan Alit, yang beberapa waktu lalu diundang ke Prancis. Yuliati mempresentasikan inovasinya dalam bidang pertanian lokal bagi petani muda sebagai contoh konkret pertukaran pengetahuan lintas batas.
Kecerdasan buatan untuk kemanusiaan

Di Yogyakarta, Institut français Indonesia (IFI) dan UGM mengeksplorasi dimensi lain dari “kemampuan untuk bertindak” masa kini, peran kecerdasan buatan (IA) dalam pemberdayaan manusia. Lokakarya bertema “Enhancing AI Society through Humanities Sciences: Freedom to Act, Ability to Do” mempertemukan para ahli Prancis dan Indonesia untuk menjawab pertanyaan penting: bagaimana IA dapat memperkuat kapasitas manusia, alih-alih menggantikannya?
Pemikiran maju ini sejalan dengan kekhawatiran yang diangkat dalam sebuah forum di Paris, yakni dalam menghadapi “guncangan besar dunia”, regulasi publik seperti apa yang harus diciptakan? Diskusi tersebut membangun visi bersama mengenai teknologi yang mendukung perkembangan manusia.
Kompetisi Debat “Le Grand Débat”: Pemuda, sains, dan masyarakat dalam (inter)aksi

Pada Jumat, 25 April, IFI Jakarta menggelar format acara baru, “Le Grand Débat – Pouvoir agir”. Layanan kerja sama sains dan universitas menyelenggarakan acara yang menciptakan dialog antargenerasi antara dua puluh pemuda, tiga alumni program pertukaran Prancis-Indonesia, serta empat pakar dari kedua negara (dosen, sosiolog, dan pakar komunikasi Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM).
Pertanyaan utama “Bagaimana bertindak menghadapi ketimpangan?” mengungkap kedewasaan pemikiran generasi muda. Kompetisi debat oleh para kandidat muda dan pelatih alumni mereka dilanjutkan dengan diskusi bersama para ahli. Topik kompleks pun bermunculan, seperti bahasa sebagai hambatan atau alat kebebasan, perampasan wilayah oleh komunitas lokal, hingga perasaan ingin memiliki dampak nyata terhadap lingkungan sekitarnya.
Malam tersebut menjadi wujud nyata dari semangat La Nuit des Idées, mengubah kilas balik akademik menjadi keterlibatan dalam masyarakat, menciptakan jembatan antara pendidikan, penelitian, dan aksi masyarakat lintas generasi dan batas geografis.
Acara “La Matinée des Idées”: Tempat bertemunya berbagai ide

Puncak acara ini berlangsung pada Minggu, 27 April, lewat penyelenggaraan acara “Matinée des Idées” yang inovatif di Jakarta. Sekitar 1.500 pengunjung menjelajahi stan dari 27 LSM dan institusi, menciptakan ruang nyata bagi lahirnya berbagai solusi konkret.
Keragaman wilayah asal dari para mitra dan peserta acara menunjukkan semangat masyarakat Indonesia. Organisasi dari Jawa, Kalimantan, hingga Papua bersanding dengan lembaga penelitian Prancis, seperti Institut de Recherche pour le Développement (IRD) dan Centre de coopération Internationale en Recherche Agronomique pour le Développement (CIRAD). Ajang temu ini telah membantu mengidentifikasi sinergi baru antara keahlian ilmiah Prancis dan inovasi sosial Indonesia.
Tembok ekspresi, yang menampung 276 pesan dari pengunjung dari berbagai usia, menjadi wadah aspirasi publik mengenai pesan perdamaian, pelestarian lingkungan, dan kesetaraan gender berdampingan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sadar dan peduli terhadap tantangan global.
Kunjungan Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Y.M Fabien Penone, yang meluangkan waktu untuk berdialog dengan setiap peserta pameran, menegaskan pentingnya nilai diplomatik yang diberikan terhadap kemitraan lapangan semacam ini.
Keharmonisan, keberlanjutan, dan komitmen

Beragam rangkaian acara ini bukan sekadar menjadi forum cara pandang bersama, melainkan menghasilkan dampak nyata bagi kerja sama antara Prancis dan Indonesia. Pertemuan antara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki berbagai misi, IFI, CIRAD, dan IRD telah menghasilkan peluang-peluang baru untuk kerja sama riset ilmiah.
Inovasi-inovasi yang dipresentasikan dalam bidang daur ulang kreatif maupun upaya melawan polusi plastik laut kini didukung oleh jaringan kerja yang semakin kuat. Bahkan, acara ini menunjukkan nilai dan prinsip keberlanjutan, seperti disediakannya ratusan gelas pakai ulang oleh mitra Balikin, seluruh katering berbasis nabati, logistik yang dikelola. Keselarasan antara apa yang disampaikan dan apa yang dilakukan benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta.
Selain itu, salah satu pembicara dalam konferensi “Perempuan dalam Sains dan Kewirausahaan” di Surabaya dan rekan-rekannya telah merancang rencana berikutnya, yaitu menyelenggarakan konferensi dalam ajang International Youth Conference for Fair Trade and Sustainable Development yang dijadwalkan berlangsung di Bandung dan Surabaya pada 27 Oktober hingga 2 November 2025, dengan fokus undangan yang ditujukan kepada negara-negara di Afrika dan Asia.
Pendorong kerja sama Prancis-Indonesia

La Nuit des Idées 2025 di Indonesia bukan hanya sekadar tema, tetapi juga membuktikan bagaimana kerja sama lintas sektor dan lintas generasi dapat berjalan secara efektif. Empat Institut Prancis di Indonesia berhasil menyesuaikan tema global dengan konteks lokal, melibatkan mitra media lokal, dan bersama-sama menciptakan sebuah acara yang benar-benar mencerminkan semangat kolaborasi Prancis-Indonesia.
Pendekatan ini sangat selaras dengan semangat “kemampuan untuk beraksi” dengan memperkuat inisiatif lokal di Indonesia maupun Prancis, dengan bertumpu pada jaringan internasional. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama sains, pendidikan, dan budaya dapat mendorong lahirnya solusi atas berbagai tantangan zaman, mulai dari krisis iklim hingga perkembangan kecerdasan buatan, termasuk isu kesetaraan.
Liputan media yang luar biasa menjadi bukti bahwa masyarakat peduli dengan tema yang diangkat. Acara La Nuit des Idées 2025 lebih dari sekadar ajang unjuk gigi budaya Prancis di Indonesia, namun juga membuktikan bahwa kedua negara mampu bersama-sama menciptakan jawaban atas kegelisahan di zaman. Dinamika ini telah membentuk fondasi yang kuat untuk edisi-edisi selanjutnya sekaligus mendorong pendalaman kerja sama Prancis-Indonesia dalam menghadapi tantangan besar di abad ini.