.

Pameran Seni Rupa “Tidak Harus di Atas Rel”

2 September 2022 - 15 September 2022
00:00 - 23:59

IFI Wijaya ǀ Gratis tanpa reservasi

Pembukaan
2 September 2022 ǀ 19.00 WIB – selesai

Pameran
2 – 15 September 2022 ǀ 10.00 – 20.00 WIB

Artist talk
10 September 2022 ǀ 15.30 WIB
Pembicara: Merwan Yusuf – Kurator

Disrupsi begitu cepat, melampaui ekspektasi dan prediksi, hal baru dan kebaruan menjadi sesuatu kekuatan untuk dapat bertahan bahkan tumbuh dan berkembang. Demikan juga dengan seni sebagai pilar peradaban tatkala hanya statis dan begitu-begitu saja akan dianggap kuno, menyebalkan, membosankan, dan ditinggalkan. Kreativitas dan inovasi yang menginspirasi merupakan proses disrupsi yang dinamis. Seni merupakan bagian dari kehidupan demi semakin termanusiawinya manusia. Proses kreatif dapat memberdayakan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Konseptual, kontekstual, dan peradaban manusia dapat diekspresikan pada karya yang dapat menembus batas, ruang, dan waktu. Dalam proses kreatif diperlukan media untuk menjembataninya agar dapat didialogkan lebih luas, juga untuk mem-“branding”, mengemas, dan memasarkannya.

Konsep “Tidak Harus di Atas Rel” bukan sebatas materialnya, melainkan pada konsep dan konteks yang ada dalam gatra kehidupan di semua lini. “Tidak Harus di Atas Rel” merupakan upaya mencari dan menemukan sesuatu yang baru. Tentu saja imajinasi dan cara berpikir konseptual dan kontekstual di luar “mainstream”, “out of the box”, bahkan “no box” namun tetap berpegang pada keutamaan (core value)-nya. Semua itu memang sudah semestinya dilakukan dengan konsisten dan komitmen yang tinggi. Kemampuan berimajinasi merupakan kemampuan mengabstraksikan atas fenomena dengan cara berpikir “helicopter view” –mampu melihat ke depan, belakang, atas, bawah, dan bisa kembali ke titik awal. Melepas belenggu “captive mind”-nya. Membuka cakrawala yang merdeka dan memerdekakan.

“Tidak Harus di Atas Rel” memerlukan keberanian, kemampuan mendobrak kemapanan, bahkan berisiko tinggi. Tunas baru tidak akan muncul kalau tidak di-“pruning” atau dipangkasi.

Walaupun “Tidak Harus di Atas Rel” namun kemasan tetap pada kemanusiaan dan peradaban. Masing-masing akan menampilkan gagasan, pemikiran, dan karya yang mungkin tidak lazim. Tentu bukan pada materialnya atau ruangnya melainkan juga pada konsepnya.


Bagikan:

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on google
Google+